Kadang-kadang di sabtu pagi yang cerah, saya bersama teman2 melakukan perjalanan ke ibukota dengan memakai kereta. Dengan berbekal tiket seharga Rp 1500,00 kami bisa naik kereta yang menuju stasiun tanah abang.di kereta yg sudah tua (sekali) ini bercampur baurlahpenduduk asli atau hasil urbanisasi kota Jakarta. Sekaligus pula tercermin realitas kehidupan sebagian rakyat ibukota. Ada yang bilang kalau realitas social lebih mudah dipahami apabila dituangkan dlm bentuk kartun atau komedi, tetapi sepertinya realitas kehidupan yg asli akan lebih mudah dipahami secara mendalam & tdk parsial apabila kita langsung & turut menyelami realitas dari subjek atau objek yg menarik hati.
Kereta api adalah sebuah alat transportasi yang menarik, menimbulkan rasa senang,& mendidik. Akan tetapi kadang2 pula menimbulkan rasa sebal dan perasaan ironi di dalam hati. Mungkin alat transportasi satu ini bisa diklasifikasikan sbg slh satu universitas kehidupan. Menguji perasaan, kepekaan, & kepedulian social dalam hati penumpangnya. Apakah anda akan membiarkan seorang ibu myg menggendong anaknya atau seorang nenek tua berpegangan pada besi karatan sambil didesak oleh penumpang yg lain di kiri kanannya? Apakah anda akan menunjukkan mimic wajah & sikap yg sama kepada serombongan pengamen berinstrumen lengkap (dari biola sampe akordion) yg membuat keramaina di tengah2 gerbong, dengan seorang pengmis buta yang membawa seperangkat radio usang yg mengeluarkan lagu2 sholawatan?
Kemudian jika anda bosan dengan keadaan di dalam, anda dapat mengarahkan pandangan ke luar jendela, ada saja yg menarik perhatian mata. Anak2 kecil yang berjualan rokok, permen, atau tisu. Gelandangan2 yg tidur2an seenaknya dengan baju yg sudah robek2. Apabila kereta sudah berjalan, maka pemandangan tergantikan dgn gedung2 megah pencakar langit dengan jendela2 yg berkilauan, yang bersanding dengan rumah2 bambu (atw kardus) kumuh & kotor yang didirikan di atas bantaran kali atau sungai ibukota. Sebuah pemandangan yg aneh, bagaikan melihat artis ibukota yang molek bersanding dgn pengamen jalanan yg putus sekolah.
Saudara2, tidak penting sebenarnya kalau kita Cuma mau mendata berapa jumlah penduduk miskin Indonesia, atau berapa persen, atau berapa dollar ambang batas kemiskinan masyarakat.. tanpa ada lankah untuk segera mensejahterakan mereka. Dan di sisi lain, bersyukurlah jika anda bisa tidur dengan nyenyak, makan makanan enak, & tertawa gembira bersama kawan2, karena di luar sana masih banyak orang yang tidak seberuntung anda..