Sabtu, 10 Desember 2011

Lelakon : Rapat Perang Bala Kurawa

Alkisah, dalam sebuah lakon yang jarang diketahui oleh para dalang pakem atau carangan di dataran tanah jawa, pada suatu hari di waktu pagi menjelang siang di aula istana hastinapura duduk sang raja yang bergaya adidaya tanpa tandingnya, Raden Duryudana, sulung adri seratus kurawa yang terkenal keras kepala dan digdaya, di sampingnya duduk bersila di lantai beralaskan karpet kerajaan, Raden Lesmana Mandrakumara putra mahkota yang sombong, tinggi hati akan tetapi sebenarnya lemah, berkepala angin dan tidak mempunyai kesaktian sedikitpun, kemudian di depan mereka, di samping sebelah kiri duduk bersila sang guru besar Pandawa dan Kurawa, Begawan Durna yang sakti mandraguna, sang brahmana yang ahli perang dan expert dalam masalah memegang semua senjata. Kemudian di samping Durna tidak salah lagi duduk juga sang Patih Hastina yang mengangkat dirinya sendiri, Patih Arya Sangkuni, yang penuh tipu daya dan licik, paman Duryudana yang sering dianggap sebagai biang kerok permusuhan pandawa dan Kurawa. Disi lainnya duduk adik-adik dari Duryudana, beberapa orang terkemuka dari kaum kurawa bersaudara, yang pertama tentu saja Raden Dursasana, ngomongnya gaduh dan kasar, congkak serta amoral, seperti tipikal kurawa pada umumnya. Kemudian duduk juga Adipati Karna, ksatria saudara gelap Pandawa yang lebih setia pada Duryudana daripada adik-adiknya sendiri, Adipati Karna sang andalan perang kaum kurawa, begitu setia dia kepada sang raja Duryudana. Hadir juga Raja dari kerajaan Mandraka, Prabu Salya, Ksatria sekaligus mertua dari Duryudana. Jauh agak di luar lingkaran para pembesar ini duduk adik-adik kurawa, Durjaya, Citraksa, Citraksi, Durmagati,, kemudian Bambang Aswatama, dan si setengah raksasa Burisrawa.

Rupanya siang itu aula kerajaan di pakai untuk membahas strategi perang keluarga kurawa menjelang perang besar bharatayuda melawan keluarga Pandawa demi memperebutkan tahta kerajaan Hastinapura, perang besar yang akan dipenuhi laga antar pahlawan andalan dan sakti dari masing-masing pihak, clash of the titans di dunia pewayangan..
Duryudana : “Para Pembesar dan keluarga Kurawa sekalian sebagaimana kita ketahui, rapat ini kita adakan untuk membahas strategi perang melawan pendawa yang akan terajdi beberapa hari lagi di padang kurusetra, kira-kira apakah ada susulan dari sekalian kerabat kurawa untuk menghadapi mereka”
Sangkuni : “hehehehe, dimas Duryudana anakku, jangan terlalu tegang lah, seudah jelas banyak ksatria hebat di pihak kita, begitu juga ribuan prajurit dari hastina serta negara koalisi yang mengikuti dimas ini.. hehehe…”
Durna : “Betul itu perkataan adi cuni, nakmas Duryudana, dengan para ksatria kita, kita pakai saja startegi, blitzkrieg a la jermania dulu ketika melawan perangcis, pasti rontok mereka.. “
Dursasana : “wahahahahaha,, hohoho,, betul itu kangmas duryudana, kita libas mereka pake strategi bliskrik, eh apa itu tadi paman guru Durna ?, kok aku ora mudeng arti bliskring itu,, wahahaha hohoho..”
Salya : “bagaimanakah pelaksanaan dari strategi blitzkrieg itu Begawan Durna, biar kita bisa sepakat dan segerakan dalam peperangan kelak, meskipun aku rasa pandawa tidak lah mudah untuk dikalahkan,,,”
Durna : “Blitzkrieg berarti serangan kilat wahai kerabat kurawa sekalian, artinya kita gempur dengan cepat dan deras mereka, bisa dengan memakai formasi tempur garuda ngleyang atau kebo nyeruduk dengan menempatkan para satria andalan seperti Dimas Karna, Prabu Salya atau siapa lagi di depan formasi pasukan tersebut..”
Karna : “sendhika dawuh bapa guru, jika itu adalah yang terbaik, ..”
Durna : “kemudian setelah barisan mereka terbelah bisa kita hancurkan dengan serangan sayap yang bisa dipimpin oleh Burisrawa dan juga anakku Bambang Aswatama,”
Duryudana : “usulan yang bagus bapa guru, akan tetapi berarti kita akan menggempur memakai kuda-kuda terbaik hastina, lalu juga pasukan gajah di belakangnya,..??”
Durna : “ bisa juga begitu raden, karena gajah memiliki power yang besar tapi kurang kecepatan,, mereka bisa menjadi kekuatan pemukul di belakang formasi garuda ngleyang,,”
Burisrawa : “ sendhiko raden ,, lalu di manakah saya bisa bertarung agar bisa segera menghajar si bima kunting, Setyaki yang kemaki itu.. ?? wahahahaha”
Durna : “ kalian bisa berada di sayap sayap pasukan burisrawa, karena sayap yang kuat adalah keukuatan dari formasi perang capit urang,, jadi kita akan kuat di tiga sektor tersebut..”

Sangkuni : “hehehehe, sepertinya habisnya pandawa tinggal menunggu waktu saja kakang Durna, Dimas Duryudana..”
Duryudana : “ akan tetapi kerabat kurawa sekalian mereka juga ada serangan udara semacam Pesawat pembom stuka jermania, di pihak mereka ada Gathutkaca yang bisa terbang dan mengancam pasukan kita, kemudian ada bocah mbalelo fire bender Bambang Wisanggeni, serta satria Jangkarbumi raja para ular si Antareja itu.. “
Sangkuni : “ hehehehe., bukankaj di sini ada sang pemegang Panah Kunto, Adipati Karna, tinggal shoot aja itu Gathutkaca, habis lah dia, kemudian menurut info yang aku dengar dimas, para dewa di kahyangan jonggringsaloka tidak akan mengizinkan baik Wisanggeni atau Antareja untuk ikut berperang dengan kita,, bahkan kurasa Kresna pun tahu itu dimas,, hehehehe”
Duryudana : oh begitukah paman Sengkuni, kalau iya, berkuranglah kekuatan mereka, dan dekatlah kemenangan kurawa atas Hastina,, hahaha”
Lesmana : “asyiik kalo begitu aku bisa jadi raja terus setalah bapa ya ?? hahahaha,, asyiikk”
Durna : “akan tetapi memang nampaknya tidak semudah yang aku sangka untuk menang dari Pandawa Dimas, mengingat di sana kelima anak muridku itu pun saktinya mandraguna seperti setengah dewa,, huufftt”
Lesmana : “enggak bisa ya kalo kita minta bantuan Batari Durga biar membantu kita dengan pasukan lelembutnya biar kita menang..”
Tiba-tiba dari luar aula datang sesosok yang tidak begitu asing lagi, Raden Jayadrata, ksatria kurawa suami dari satu-satunya perempuan kurawa Dewi Dursilawati, masuk sambil tergopoh-gopoh dan segera mengikuti rapat.
Duryudana : “hai Jayadrata dari manakah engkau dimas, kenapa telat dan terburu-buru begitu ?”
Jayadrata : “maafkan saya raden, saya tadi pergi sebentar memantau medan perang kurusetra, saya ingin memastikan dan melihat kondisi lapangan perang tersebut Raden,, “
Sangkuni : “santai saja nakmas Jayadrata, kita pasti menang melawan mereka,, hahahaha”
Jayadrata : “semoga saja begitu paman Sengkuni, kita harus mebela kerajaan dan kehormatan marga keluarga Kurawa”
Duryudana : “baiklah kalo memang begitu, kita sela dulu rapat ini, hari sudah siang, alangkah baiknya kalau kita makan dulu kemudian beristirahat, rapat bisa kita lanjutkan di malam hari nanti..”
Durmagati, yang sedari tadi diam saja tiba-tiba menyela, “eh kangmas Duryudana yang saya hormati, bagaimana kalau..”
Duryudana : “kalau opo dimas Durmagati?”
Durmagati : “ bagaimana kalo kita ndak usah perang saja, Pendhowo itu kan yo sodara kita juga, kita bagi aja apa kerajaan Hastinapura ini seperti yang diminta sama Puntadewa itu..”
Duryudana : “hah? Opo? Ora sudi aku dimas, mendingan aku mati wae daripada berbagi kerajaan dengan Pendawa itu..”
Sangkuni : “bener kata Kakangmu itu Durmagati, Raden Duryudana adalah pewaris sejati dari kerajaan Hastina, mana bisa berbagi seperti itu, kowe iki ana-ana wae,, durmagati..”
Durmagati : “ alah yo uwes lah nek gitu,, kita ini kan bisa gak usah repot-repot adu nyawa sama mereka,, lhadalaaahh..”

Dan demikianlah rapat perang Kurawa menjelang Baratayudha, kelak di perang tersebut mereka akan kalah dan merasakan akibat dari kesombongan dan angkara murka. Kejahatan tidak akan pernah menang dari kebaikan dan kejujuran, kalaupun kejahatan kadang ada di atas kebenaran, maka hal itu tidaklah akan selamanya dan hanya sebentar saja…

(bersambung ke : Lelakon – lelakon Baratayudha yang lainnya ; gambar diambil dari website pewayangan) by @dwizztyo

Minggu, 16 Oktober 2011

Hubungan antara Tugas Negara dan Backpacking

Menjadi blogger yang rajin menulis memang tidak mudah kawan, termasuk saya sendiri harus mengakui hal itu, kadang karena kesibukan dan pekerjaan yang datang silih berganti saya jadi tidak bisa konsekuen dan konsisten dalam menulis di blog sendiri, padahal ada pepatah yang mengatakan “rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya, blogging pangkal bahagia” yah pa boleh dikata,, salah satu kendala yang kadang menghalangi saya untuk selalu meng-update adalah tuntutan pekerjaan yang terkadang membuat saya tidak sempat menulis di dunia maya, pekerjaan yang mengharuskan saya pergi dari kota tempat bekerja ke kota atau tempat lain untuk menunaikan tugas, bisa dalam daerah atau luar daerah, kalau jaman sekarang mirip-mirip lah dengan istilah “backpacker”. Namun kawan, jangan salah karena perjalanan yang saya tempuh di akomodasi oleh negara, dalam arti diberikan uang transport, makan, penginapan, dan uang harian sesuai dengan apa yang diputuskan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri (baek banget dehhh…) maka backpacker nya pun bukan murni backpackeran a la teman-teman yang memang niat dan nekat untuk melakukan travelling sekehendak hatinya, karena ada rambu-rambu bagi saya dan juga teman-teman lain yang juga kadang bertugas seperti ini, sebutannya boleh lah kita rubah sedikit menjadi “state-packer” (wuiihh keren..) atau “govtraveller” (eduuunn…) atau apalah terserah yang mencerminkan substansi pelaksanaan tugas dan pengistilahannya dengan tepat.. adapun rambu-rambu yang harus selalu dipenuhi kala melakukan hal itu adalah.. :
1. Melaksanakan tugas yang diamanatkan oleh negara/badan/lembaga/kementrian/instansi dengan benar, tepat, dan penuh pertanggungjawaban, apa tugas yang diberikan?? Jikalau anada bingung karena kadang memang kita ditugaskan pada hal yang ukan tugas pokok dan fungsi utama kita, jangan bingung dan malah keluyuran tak jelas, solusinya adalah ambil surat tugas dan baca apa yang tertulis di situ.. biasanya akan tertulis pernyataan :
Badan/Kementrian/Lembaga/Instansi Bla Bla Bla
Menugaskan kepada :
1. XXXX bin XXXXXY
Untuk : melakukan tugas xxxxxx dalam rangka xxxxxx di xxxxxx dari tanggal xx s.d. xx
Selesai lah satu masalah.. maka anada kan mengerti apa yang ditugaskan dan mari kita laksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab..
2. Membawa Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) lembar 2 dan memintakan tanda tangan pejabat yang berwenang sesuai urusan kita di tempat tujuan, beserta memintakan stempel tempat yang terkait sebagai bukti bahwa kita telah sampai di situ dan melaksanakan tugas,, ingat teman jangan sekali-sekali memalsukan tanda tangan dan stempelnya lalu anda malah keluyuran tak jelas karen itu berdosa dan kata bang haji Oma Irama itu “terr llaaa lluuu…..”
3. Kemudian sebagaimana saya singgung di atas, karena perjalanan ini dalam rangka tugas dan dibiayai oleh negara maka tentu negara akan meminta pertanggungjawaban dari kita, nahh lho..
Karena keputusan Menkeu bilang bahwa biaya seperti tiket dan penginapan kita dibayar secara at cost, setelah sampai di tempat kerja kita harus menyerahkan tiket kendaraan beserta pungutan atau pembayaran lain yang terkait kepada bendahara pengeluaran atau sub bag keuangan di tempat kita bekerja, begitu pula dengan biaya penginapan, bill atau faktur dari hotel yang kita inapi itulah yang diberikan ke negara karena secara nyata itulah yang terjadi.. kemudian apabila ternyata ada kelebihan atau kekurangan uang yang kita terima dengan dokumen pertanggungjawaban yang terjadi, yam au gak mau akan terjadi pengembalian atau penambahan atas uang perjalanan dinas tersebut..

Yah kira-kira itulah beberapa hal-hal yang harus dicermati ketika melakukan perjalanan dinas ketika kita bekerja, agak sedikit berbeda dengan para backpacker yang sangat free dan independen ketika melakukan perjalanan, akan tetapi jangan buru-buru merengut dulu teman, walau berbeda dalam beberapa hal, akan tetapi karena esensi dari kegiatan yang dilakukan adalah menempuh perjalanan maka antara backpacker dan perjalanan dinas pun masih mempunyai beberapa kesamaan, berdasarkan pengalaman pribadi saya kesamaan itu antara lain adalah;
1. Biaya perjalanan yang kadang murah, dan kelasnya tidak terlalu tinggi, ya iya lah, kalo orang yang backpacker karena mau nya gak makan biaya mahal ya nyarinya transportasi yang murah, hal seperti ini terjadi juga pada para pegawai yang pangkatnya sedang-sedang saja (contohnya : saya) karena otoritas keuangan di negeri ini mengatur bahwa rate perjalanan adalah kelas ekonomi dan eksekutif, maka ya mau tak mau alat transportasi yang dipakai ya yang itu-itu juga. Hal yang sama juga akan terjadi pada hal penginpana di hotel, wisma, atau losmen,,
2. Adanya kegiatan menggelandang di dalam perjalanan atau di tempat tujuan, tenang kawan, menggelandang di sini bukan yang konotasinya jelek ya,, maksudnya itu adalah “jalan-jalan kemanapun kaki melangkah” wuiihh keren banget kan. Nah, setelah pekerjaan yang ditugaskan selesai sementara waktu pulang ke tempat kerja masih lama maka itu bisa dimanfaatkan dengan berjalan-jalan atau bermain-main ke tempat yang belum pernah dikunjungi atau sangat senang untuk dikunjungi kembali, inilah salah satu unsur kenikmatan dalam travelling..
3. Datangnya pengalaman baru atau pelajaran hidup yang gak akan didapat kalo kita berdiam diri saja, (edaasssss… berat oey..). gimana maksudnya? Begini, tentu dengan pengalaman yang baru di dalam perjalanan atau tempat yang belum pernah dikunjungi akan mendatangkan wawasan baru yang ke depannya akan diharapkan memnuat kita menjadi tambah bijaksana dalam kehidupan dan juga mengurangi stress dalam menghadapi rutinitas pekerjaan yang kadang begitu-begitu saja..

Nah demikianlah beberapa penjelasan mengenai serba-serbi travelling dengan tugas bagi para abdi negara, dan sedikit hubungannya dengan backpacker an yang dilakukan oleh para pemuda yang memang sebenarnya sangat bermanfaat bagi pribadi, perkembangan ekonomi secara makro dan mikro, dan efektifitas serta efisiensi dalam menjalanakan reformasi birokrasi (apa seehhh ..). semoga penjelasan kali ini mecerahkan, dan ingatlah pepatah ini “dunia tak selebar daun talas” serta “bagaikan katak dalam sangkar emas” atau “buku dan google adalah jendela dunia” niscaya anda akan mengerti.. :D

Sabtu, 04 Juni 2011

Romeo + Juliet (Sebuah Gubahan)

Di kota Verona, italia.. tersebutlah seorang pemuda yang tampan, kaya dan terkenal sebagai pemikat wanita yang sedang risau hatinya.. romeo nama pemuda itu, dia adalah seorang anak lelaki kesayangan tuan tanah di kota itu, tuan montague. Romeo, sang pemuda yang rupanya sedang risau karena jatuh cinta kepada seorang wanita yang benar-benar membungakan hatinya,, wanita yang bernama Juliet capulet,, putri seorang pembesar lain kota Verona, tuan capulet, yang sayangnya berseberangan jalan dengan keluarga montague.. suatu sore, Romeo mengadukan kegundahan hatinya kepada Benvolio, sepupu sekaligus sahabatnya..
Romeo : “oh, wahai benvolio sahabatku,, apakah kau tahu bagaimana caranya meredakan gundahnya hatiku..”
Benvolio : “ada apakah wahai sepupuku yang kuhormati,, apakah semua ini dikarenakan putri capulet yang di mata dan hatimu kini menjadi bagaikan seorang bidadari ??”
Romeo: “wahai sepupuku yang baik hati, sungguh betapa tepatnya dugaan mu itu, tidaklah keadaanku ini melainkan karena disebabkan oleh seorang makhluk Tuhan yang jelita itu.. betapa sungguh hebatnya Tuhan yang Esa mengatur semua ini.. wahai saudaraku.. sungguh semenjak tatapan matanya yang indah dan senyumnya yang dalam menusuk jiwa masuk ke dalam hatiku,, aku tidak bisa melupakannya.. oh seandainya kami tidak bertemu pandang di tangga itu..”
Benvolio : “kalau begitu keadaannya wahai romeo, temuilah dia dan katakana apa yang ada di hatimu,, janganlah kau simpan hal itu di dalam hatimu,, sungguh pujangga dan ulama besar Arabia berkata bahwa obat bagi seorang pecinta adalah bersatu dengan orang yang dicintainya..”
Romeo : “begitukah menurutmu wahai saudaraku? Tidakkah hal ini berbahaya bagiku, keluarga kita? Bahkan bagi dia dan keluarganya??”
Benvolio : “memang segala sesuatu ada halangan dan resikonya saudaraku.. apalagi untuk mendapatkan apa yang kau ingin kan dan kau cita-citakan,,”
Romeo: “ohh, sungguh bijaksana kau wahai saudaraku,, doakan lah keselamatan untukku dan kebahagiaan untuk kami semua wahai benvolio, anak saudara ibuku..”
Maka pergilah sang pemuda romeo, menuju kediaman pujaan hatinya, rumah tuan capulet yang ironisnya saat itu menjadi tempat yang paling berbahaya dan mengancam jiwanya sendiri.. sampai di situ, romeo mengendap-endap dan menemukan Juliet sedang memandang keluar jendela..
Juliet : “oh Tuhan ku, apakah salahku sehingga aku engkau takdirkan bertemu dan mengingat seseorang yang bernama romeo montague, yang nama keluarga nya menjadi halangan bagi ku? Wahai Tuhanku apakah pula salah nama yang ada padanya sehingga dia menjadi seakan-akan haram untuk bersama denganku.. ?
Juliet : “ oh, apalah arti sebuah nama ?? bunga mawar tetaplah akan harum walau namanya berganti.. oh seandainya namamu bukan lah namamu… oh Tuhan..”
Romeo, yang telah lama mendengar dan bersembunyi akhirnya melompat dan berkata..
Romeo : “wahai bidadari ku, aku rela membuang namaku untu tetap bersama dengan mu..”
Juliet : “oh tidak, wahai romeo.. kenapa kau ada di sini,, tidak tahukah engkau , jiwa mu dalam ancaman jika berada di dalam sini..”
Romeo : “tidak ada takut dan rugi bagi ku jikalau dapat bertemu dengan mu wahai gadis yang menjadi bunga tidurku,,”
Juliet : “ ohh, seandainya saja kita bisa bersama, apa yang harus aku lakukan,, kesalahan orang-orang tua kita telah menyulitkan kita untuk bersatu..”
Romeo : “ oh, wahai putri pujaan hati.. tidak ada halangan dan keraguan bagi ku untuk selalu mencintaimu,, tidak peduli apakah orang tua kita berbeda dan bermusuhan,, ataukah golongan kita berselisih jalan,, ataukah partai kita berlainan,, aku akan tetap mencintaimu.. bahkan seandainya engkau telah berpartai dan bergolongan tertentu, sementara kau tidak.. kemudian engkau tidak membalas perasaan ku,, maka wahai bidadari,, aku akan tetap mencintaimu dengan perasaan ku yang terdalam..”
Juliet : “ohh wahai tuan yang mencuri hati dan senyumku,, tidaklah jika hal itu terjadi, jika orang-orang tua kita menghalangi hal itu,, bahkan jika partai dan golonganku melarangku untuk berhubungan dengan mu.. maka hati ku ini akan tetap selalu menyimpan namamu wahai romeo..”
Ketika sepasang manusia ini sedang berdialog,, muncul lah para penjaga beserta Tybalt, sepupu Juliet ke kediaman montague yang curiga mendengar dialog di malam hari yang larut..
Penjaga : “wahai tuan putri,, siapakah dia yang berbicara denganmu di malam kelam ini..? wahai tuan yang misterius, sebutkan nama dan kenapa anda ada di sini !! atau kami akan menyeretmu..”
Tybalt : “katakana siapa dirimu wahai orang asing..”
Juliet : “oh wahai romeo, lari lah, cepat, sebelum orang-orang ini menangkap dan menyakiti mu.. sungguh aku akan selalu mengingat dan mendoakan mu..”
Romeo : “wahai pujan hatiku,, aku akan pergi, tapi ingatlah..aku akan tetap mencintaimu meskipun keluarga, kelompok, atau bahkan partai mu membenci dan memusuhi diriku.. selamat tinggal wahai bidadari.. “
Penjaga : “hei jangan lari !! kejar dia… !! “
Tybalt : “ah,, rupanya keluarga montague yang menyusup kemari, sungguh kurang ajar..”
Kemudian berlarilah romeo menuju tempat yang aman, meninggalkan keributan di kediaman capulet.. meninggalkan Juliet yang terpaku di balkon atas kamarnya.. sementara matahari pagi menyingsingkan sinarnya..
(digubah dari karya William Shakespeare berjudul Romeo and Juliet ,disesuaikan dengan pengalaman dan imajinasi Pemilik Blog.)

Sabtu, 26 Maret 2011

Politik di Masa Mudaku

Saya masih ingat betul, dulu.., di waktu saya masih menjadi anak SD, masih duduk di kelas empat, pada umur kira-kira 11 tahun, dan pada tahun antara 1997-1998, saya sudah berperan aktif di dalam duia perpolitikan di Indonesia, padahal umur saya waktu itu belumlah sah secara konstitusional untuk mengemban hak dan kewajiban politik seorang warga negara,. Akan tetapi karena ayah dan ibu saya kedua-duanya ditakdirkan menjadi PNS, sebagai abdi negara yang setia, konsekuensi politik dan sosial yang tidak bijaksana yang secara ketat diberlakukan oleh penguasa republik pada masa itu kepada korps abdi negara, ternyata mengimbas juga pada saya. Dahulu kala, pada masa orde baru masih mencengkeram kuat nusantara ini, hak-hak politik WNI mengalamni keterpasungan yang luarbiasa, kemandegan kreatifitas dan inovasi ideologi dibungkam
oleh tafsiran tunggal rezim penguasa atas Pancasila dan UUD 1945.

Saya masih ingat ketika itu, selepas sekolah, kedua orang tua saya pulang lebih cepat dari biasanya, usut punya usut, ternyata kepulangan lebih cepat itu untuk mengikuti sebuah kegiatan “pesta demokrasi” lima tahunan yang disebut pemilu, dalam hal ini kegiatan yang akan dilakukan adalah kampanye,, dan karena pada umur segitu orang tua saya tidak bisa membiarkan saya sendirian di rumah sementara pembantu rumah sudah pulang, dengan sukses, saya pun diajak mengikuti kampaye tersebut, berbalut kaos kuning, ikat kepala, dan bendera berwarna senada, jadilah kami bertiga (waktu itu kakak saya sedang bersama dengan kakek nenek saya di luar kota) berkaliling jalanan kota, bahkan kadang sampai masuk ke desa-desa, berkampanye menunjukkan dukungan politis bagi partai yang sedang berkuasa.. sebuah partai yang menjadi kendaraan politik bagi bapak pemimpin negara waktu itu, bapak pembangunan republic yang kepemimpinannya telah berlangsung selama lebih dari tiga dasawarsa, ada perasaan yang nah sebenarnya selama lebih dari 30 tahun itu, tapi sepertinya rakyat diam saja terhadap hal ini,, entah karena memang merasa nyaman, ataukah karena ketakutan akan masa silam yang kelam.. entahlah, saya masih terlalu kecil dan lugu waktu itu.
Hari berikutnya, giliran partai politik lainnya yang berkampanye keliling kota. Sebuah partai yang amat identik dengan warna hijau, dan banyak sekali massa berpeci yang menjadi peserta kampanye, rupanya Islam lah yang dikatakan menjadi roh dari pergerakan partai politik satu ini. Hal ini tampak dari berbagai atribut yang dipakai oleh pesertamya, serta lambang agama yang terpasamg pada benderanya, akan tetapi ada hal yang aneh ketika itu, saya ingat betul ketika beberapa orang tertentu yang rupanya didaulat menjadi satgas pada rombongan kampanye, tiba-tiba turun dan berjalan menuju ke tempat di mana bendera-bendera partai politik lainnya dipasang, tanpa tedeng aling-aling, bapak-bapak satgas ini tiba-tiba mencopot dan mematahkan tiang dari bendera-bendera yang tidak bersalah tersebut.. apa yang sebenarnya terjadi? Apakah bapak-bapak itu marah karena warna bendera di pinggir jalan itu tidak sama dengan warna bendera mereka sendiri..?? entahlah. Bukankah islam sendiri mengajarkan bahwa tindakan yang brutal dan kasar seperti itu tidak lah diperbolehkan ??
Kemudian, hari berikutnya lagi, ketika giliran partai yang beratribut merah yang berkampanye, seakan-akan hari itu tidak menjadi hari rakyat untuk berpolitik, sepi.. entah apakah hari tersebut memang diperuntukkan untuk berkampanye ataukah menjadi hari yang netral, hampir-hampir saya berpikiran seperti itu, ketika tiba-tiba, terdengar raungan motor tanda massa kampanye akan datang, tapi anehnya suara yang terdengar amat kecil, tidak seperti hari-hari sebelumnya, ternyata kecilnya suara kampanye itu berbanding lurus dengan jumlah massa yang ada,, Cuma ada sekitar dua puluhan motor saja yang meraung-raung, sedikit massa. Mereka mengacungkan jari mereka yang dibentuk menjadi seperti kepala banteng, sambil tersenyum, saya ikut-ikutan mengacungkan jari yang dibentuk menjadi kepala banteng,, entah apa yang saya pikirkan waktu itu,, saya cuma senyum-senyum saja tanpa mengerti partai apa itu.. apakah partai ini mengalami represi dari pemerintahan waktu itu sehingga massa nya hanya sedikit? Ataukah memang karena rakyat tidak berminat pada ideologi yang diusung oleh partai terkait ?? aku tak tahu..
Kemudian,, beberapa bulan kemudian, ketika saya menginjak remaja, pada awal tahun 1998, berita-berita di televisi menayangkan berita yang buruk, bahwa seantero negeri sedang dilanda chaos, mulai dari aceh yang bergolak di ujung barat, penjarahan yang membabi buta di Jakarta, kerusuhan rasial yang mengerikan di Kalimantan, sampai pada pemberontakan bersenjata di Maluku dan papua.. sepertinya negeri yang kaya ini sedang sakit dan berada di ambang kehancurannya..

zaman kalabendu kalau dalam legenda jawa.. Kemudian datanglah berita mengenai bentrokan antara mahasiswa dengan pihak militer, menyusul kemudian pendudukan besar-besaran oleh mahasiswa atas tempat yang menjadi perlambang kedaulatan rakyat yang diwakilkan sesuai undang-undang negara, gedung DPR di ibukota, kemudian menyusul hari berikutnya, tanggal 21 mei 1998, terjadilah sebuah peristiwa yang mengubah perpolitikan Indonesia secara perlahan-lahan, mundurnya sang bapak presiden republik karena beliau merasa bahwa jika memang rakyat menginginkan perubahan kepemimpinan nasional, maka ia akan memenuhinya..
Sungguh, peristiwa yang berlalu lalang seperti itu di masa kecil saya, tidak sepenuhnya saya mengerti, apalah artinya kampanye mendukung salah satu partai, apabila hal tersebut tidak berasal dari kehendak bebas kita sendiri? Tapi itulah yang terjadi, otoritas yang berkuasa terkadang secara tidak bijaksana memaksakan kehendaknya demi keberlangsungan kekuasaannya, meskipun hal itu membuat rakyat muak dan bosan..
Pepatah mengatakan “bau busuk akhirnya kan tercium juga, walau bagaimanapun engkau menutupinya.” Hal ini dibuktikan dengan kebosanan dan kemuakan rakyat atas kepemimpinan yang tidak ubahnya bagaikan kerajaan ini, generasi muda negeri ini yang tidak lagi ketakutan oleh ingatan kekejaman di masa lalu, mau dengan sadar mengorbankan waktu dan tenaga untuk mencapai sebuah tujuan yang bernama “reformasi”.

Pernah suatu masa dalam sejarah, Machiavelli mengatakan kepada para raja dan penguasa bahwa mereka lebih baik ditakuti daripada dihormati, akan tetapi seperti nya saran sang Begawan pragmatism ini tidak akan berjalan mulus apabila rakyat yang ada pada negara itu adalah rakyat yang berpendidikan dan berwawasan, saran Machiavelli itu niscaya hanya akan terwujud apabila dia memimpin di negara yang tertutup dan terepresi secara ketat, baik jiwa, raga, maupun pengetahuannya..

Rabu, 19 Januari 2011

Belajar Kehidupan dari Tokoh Khayalan

Dalam sejarah perfilman yang pernah saya selami, ada beberapa tokoh yang kadang-kadang begitu terasa menginspirasi saya, kebanyakan tentu adalah tokoh-tokoh protagonist, atau dalam bahasa yang lebih umum diartikan sebagai tokoh baik atau tokoh utama dari sebuah kisah. Lawannya adalah, sebagaimana kita ketahui bersama disebut dengan tokoh antagonis, yang terkadang oleh khalayak ramai diterjemahkan sebagai tokoh jahat, bikin onar, dan musuh bebuyutan sang protagonist.
Namun terkadang sering saya temui baik dalam film fiksi, nonfiksi, atau dokumentasi seorang tokoh yang sejatinya harus berlaku sebagai protagonist mendadak bersikap sebaliknya, atau kalau dalam dunia sastra disebut dengan protagonist anti hero. Demikian pula sebaliknya kadang ada tokoh yang secara naskah di plot sebagai antagonis pembuat masalah, tetapi memiliki sifat-sifat luhur dan baik, hal seperti ini bisa dijumpai dalam kisah baratayudha, spderman, samurai x, atau dalam kisah sejarah kemerdekaan Indonesia.
Terkadang mau tidak mau, saya harus mengakui kalau kelakuan dari tokoh-tokoh dalam cerita tersebut ada yang menginspirasi dan bahkan menjadi guru bagi diri saya sendiri, dalam buku komik samurai x misalnya, ada seorang tokoh antagonis bernama soujiro seta yang merupakan anak buah makoto shishio, musuh bebuyutan dari tokoh utama kenshin himura. Soujiro ini mempunyai pembawaan seperti anak kecil yang selalu tersenyum dan bahagia, amat pandai menyembunyikan emosi, dan sulit diduga kelakuannya, karena itu dia diangkat menjadi tangan kanan sang bos penjahat,. Selain pembawaannya yang tenang dan "welcome" tersebut, ia dilatih sendiri oleh bosnya sehingga menjadi lawan yang sangat menyusahkan kenshin. Usut punya usut, kemudian diceritakan kenapa ia bisa menjadi seperti itu, dulu soujiro kecil adalah anak haram yang ditinggalkan oleh orang tuanya, keluarga paman-pamannya yang merawatnya tidaklah menyayanginya, sebaliknya mereka memperlakukan soujiro seperti budak dengan semena-mena dan kejam. Dipaksa kerja seharian, dikasari, dipukuli, dan disuruh tidur di gudang adalah hal biasa bagi soujiro kecil, lama-kelamaan diperlakukan seperti itu akhirnya soujiro secara alamiah memiliki pertahanannya sendiri.
Ia selalu tersenyum dan tertawa ketika keluarganya memukulinya sampai akhirnya keluarganya pergi karena bosan menghajarnya. Dalam pertempuran terakhirnya melawan kenshin, terungkaplah kenapa dia sangat suka tersenyum, termasuk ketika menghadapi kesedihan dan kegagalan. Dia berkata “ aku yakin senyumku ini akan mengurangi rasa sakit yang kualami..“. Sungguh mengharukan, betapa masa lalu yang kelam tidak menghancurkan dirinya akan tetapi malah membuatnya menjadi seorang yang mampu bertahan. Seperti apa yang dikatakan seorang pujangga bahwa, kita tidak akan bisa menghindari takdir kita yang kadang buruk, akan tetapi kita bisa memilih akan seperti apakah sikap kita dalam menghadapi takdir tersebut..
Tokoh antagonis satu lagi yang masih saya ingat adalah, joker, sang pembuat onar dalam film the dark knight. Penjahat yang sangat lihai dalam menipu dan memprovokasi orang secara halus,, lihatlah ketika dia berhasil menghasut jaksa kota gotham, Harvey deant, yang tadinya seorang pembela keadilan menjadi seorang penjahat yang semena-mena. Entah bagaimana masa lalu orang ini, yang jelas ia dibesarkan pula dalam kondisi yang buruk, broken home, dan selalu dijahati oleh lingkungannya. Kemudian ketika dewasa dia menjadi penjahat dengan motif yang sangat jahat, tujuan utamanya adalah chaosnya dunia, seorang panjahat yang dikatakan “sudah senang apabila dunia ini terbakar dalam kekacauan”
Sedangkan dalam jajaran tokoh fiktif protagonist saya sangat menggemari yoh asakura dan juga monkey d. luffy. Yoh asakura, seorang anak yang berusaha mewujudkan mimpinya menjuarai turnamen para dukun atau shaman, adalah orang yang sangat santai dan easy-going, walau apapun yang terjadi. Kata-kata favoritnya adalah “"No one knows what will happen in the future. There is no sense in worrying in something you do not and cannot control, so why bother?" .
Sedangkan luffy adalah seorang kapten dari kelompok bajak laut topi jerami yang aneh, seenaknya, kekanak-kanakan, akan tetapi sangat setia kawan, dan menyayangi orang-orang sekitarnya. Apapun akan ia lakukan demi melindungi kawan-kawannya. Ada sebuah adegan yang mengharukan, ketika krunya, nico robin, rela ditangkap oleh agen pemerintah demi keselamatan kelompok topi jerami. Luffy dan kawan-kawannya datang melawan otoritas dan kekuasaan dari pemerintahan dunia, sambil berteriak bahwa dia akan melawan seluruh dunia sekalipun demi menyelamatkan nyawa krunya yang diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa,, silahkan cek sendiri, adegannya sangat heroik menurut saya..
Apabila kita memandang dengan ilmu psikologi, kenapa sang pengarang bisa membuat tokoh-tokoh seperti itu, maka mungkin penjelasannya adalah tingkah laku seseorang itu ditimbulkan oleh pandangan individu tersebut terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya, atau dalam bahasa lain, antara individu dengan pengalaman subjektifnya dan konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Penjelasan seperti ini dalam ilmu psikologi disebut sebagai pendekatan fenomenologi. Namun terkadang ada individu-individu yang akhirnya merubah pandangan hidupnya, menyadari bahwa keburukannya itu disebabkan oleh kesalahannya melampiaskan kepedihannya di masa lalu, kemudian berubah menjadi “orang baik” karena menyadari jalan hidup yang ia tempuh dalam hidupnya selama ini adalah salah. Seperti tokoh utama samurai x, kenshin himura yang menyadari kesalahannya menjadi seorang “battoshai” sang pembantai, karena masa lalu yang kelam dan karena kematian istrinya, sehingga sadar dan menjadi seorang penentang kezaliman dan pembela kebenaran. Atau seperti dalam kisah klasik romeo and Juliet yang melegenda, di mana diceritakan akibat percintaan dan kerelaan berkorban romeo montague dan Juliet capulet sampai ke alam baka, akhirnya kedua keluarga besar penguasa kota Verona ini mau berdamai dan mengakhiri perselisihan yang sudah berakar dari nenek moyangnya. Perubahan sikap yang drastis ini diakibatkan dari sebuah peristiwa menyentak yang mengubah paradigma sang tokoh tersebut. Atau ada juga yang memang berkeinginan baik dari awal karena masa lalunya, untuk membela yang lemah, karena ia tidak mau orang lain merasakan kepedihan hidup sebagaimana yang dulu pernah ia alami..
Begitulah terkadang saya belajar dari tokoh-tokoh yang sebenarnya fiktif tersebut, belajar bahwa menghadapi kehidupan ini harus dengan bahagia, bersyukur karena telah diberi umur. Sebagaimana tokoh soujiro seta di atas, bagaimana ia menghadapi nasibnya, trauma dengan masa lalu yang buruk tidak membuatnya hancur. Selalu tersenyum dan tertawa menghadapi kesedihan, kegagalan, dan kematian, karena ia yakin rasa sakit itu akan berkurang dengan merasa selalu bahagia..