pindahan blog yang terdahulu di frenster, masih tetap berisi karangan, curahan hati, dan "karya ilmiah" sang pemilik.... selamat menikmati, jangan tersinggung ya dan follow @duistjayk untuk konsultasi lebih lanjut...
Jumat, 28 Februari 2014
aspek teatrikal dalam tindakan dan perilaku manusia
penggemar permainan sepak bola di seluruh dunia pasti sudah mafhum dengan sebuah liga yang bernama serie A, liga yang lahir di italia ini pernah menjadi kompetisi yang paling disenangi di Indonesia pada kurun 90an ketika saya masih bersekolah di sekolah menengah pertama, akan tetapi kenapa seri e A menjadi sebuah kompetisi yang banyak digemari? apakah karena pada waktu itu stasiun televisi nasional hanya menayangkan kompetisi di negeri pizza ini saja ataukah seperti kata pengamat bola bahwa kompetisi ini merupakan salah satu yang paling seru dan menggairahkan untuk ditonton? Ah, saya pun tak tahu benar apa alasan utamanya. Namun bahwa serie A itu indah dan berseni memang sudah tidak perlu untuk dibahas lagi, sebagian pengamat juga mengatakan hal ini memiliki hubungan dengan karakteristik penduduk negeri yang telah melahirkan leonardo da vinci dan kawan-kawannya itu, tempat dimana renaissance katanya berawal dan berbagai mahakarya kesenian dunia dihasilkan.
saya masih mengingat pemain-pemain seri A seperti fillipo inzaghi, alessandro del piero, gennaro gattuso dan Francesco totti yang masing-masing mereka memiliki karakteristik yang berbeda di namun mempunyai perilaku yang cenderung sama ketika sedang bermain bola dan berhadapan dengan pemegang otoritas tertinggi peradilan di atas lapangan hijau, yaitu wasit, entah hal yang mereka lakukan itu berupa kesengajaan diving, ditekel murni dari depan atau belakang, melakukan handsball di area penalti atau yang lainnya, para pemain kita ini cenderung kemudian akan berakting seperti kaum lemah yang mengiba-iba pada penguasa, berharap sang pengadil akan memberikan putusan yang menguntungkan mereka. Yang jeleknya, terkadang setelah melakukan pelanggaran dan memohon kepada wasit agar tidak dihukum, di lain menit pertandingan selanjutnya mereka bisa saja mengulangi perilaku tersebut. hahaha, hal yang seperti ini mengingatkan saya pada sebuah kisah yang juga berlatar belakang negeri pisa, tepatnya kisah Giacomo Cassanova penulis buku tentang ceritanya sendiri “histoire de ma vie” (sejarah hidupku) yang ketika dibawa ke ranah perfilman digambarkan sebagai seorang don juan yang hidup pada abad pertengahan eropa. Dimana di film itu entah sudah berapa kali cassanova diceritakan menggoda wanita, mulai dari gadis muda, istri para bangsawan, sampai pada biarawati sok suci yang tidak tahan terhadap ketampanan dan gombalan cassanova. Pernah pada suatu ketika cassanova terpergok telah bermain cinta dengan seorang biarawati sehingga dikejar-kejar oleh penegak hukum di venesia. apa lacur, sang don juan tertangkap dan terpaksa diadili di kota, beruntung dia memiliki teman bangsawan lokal yang membantunya lepas dari jeratan hukum dan bahkan diceritakan bahwa wakil otoritas tahta vatikan sampai turun tangan lewat sang doge agar kasus ini diselesaikan tanpa ribut-ribut karena berdasarkan desas-desus yang beredar sang biarawati korban rayuan cassanova itu tak lain dan tak bukan adalah juga simpanan sang paus di jantung kekuasaan di kota roma, alkisah setelah bertobat dan berjanji muluk-muluk sang don juan pun dibebaskan dari hukuman. namun apa yang terjadi pemirsa? seperti biasa sang don juan kembali melakukan aksi dan petualangan cintanya yang menimbulkan akibat-akibat yang tak terduga sebelumnya.
bagaimana orang-orang ini baik yang ada di dunia nyata maupun yang cuma cerita dan film bisa berkelit dari hukuman yang seharusnya mereka terima, tentu saja berkat keberuntungan dari Yang Di Atas dan juga yang tidak kalah penting adalah unsur acting dan drama yang terkadang aksi mengiba-iba mengingatkan saya pada pertunjukan teater atau opera yang ada di televisi.
selain di dunia olahraga seperti sepakbola, unsur acting pun kentara di dunia politik dan hukum terutama di negeri ini, sudah berapa banyak pejabat dan pengusaha yang ketika tersandung masalah hukum akan langsung berkelit dari tuduhan tersebut dengan seribu satu macam cara, ucapan, dan gesture yang pada intinya ingin mengatakan bahwa ia tidak terlibat dan bahkan tidak tahu menahu akan perbuatan itu. Sebagian akan dengan ngotot dan percaya diri berkata tidak, sebagian lagi mengatakan hal itu adalah fitnah belaka guna menjatuhkan nama, dan ada pula yang lainnya lagi yang sampai mengeluarkan air mata, entah air mata kejujuran atau air mata buaya. oleh sebab tindakan dan tingkah laku seperti inilah maka sebagian publik percaya bahwa tuduhan yang menimpa mereka adalah skenario belaka. Namun celakanya sebagian besar dari tuduhan dan gunjingan buruk yang menimpa para pejabat itu kemudian terbukti benar adanya dan tidak bisa tidak diperkarakan. Alhasil mereka yang tadinya berlaku seakan-akan bersih tanpa dosa harus mengakhiri nasib sementara di penjara, meninggalkan sebagian publik yang tadinya menganggap mereka tidak bersalah dan tidak berbuat apa-apa.
Perkara lain lagi yang melibatkan drama dalam kehidupan nyata juga menimpa para selebritis, pemain film, dan seniman, oke lah, memang benar kalo dikatakan bahwa seni ada pada pekerjaan mereka, di sinetron ataupun di layar lebar, namun yang ternyata terjadi adalah hal dramatis dan kepura-puraan ternyata juga merasuk ke dalam kehidupan pribadi mereka, hal ini dapat dilihat di tayangan infotainment yang sebenarnya bentuk lain dari ghibah yang diperhalus oleh media. Di tayangan infotainment seperti itu dapat kita lihat misalnya bahwa ada pasangan selebritis yang telah sekian lama menjalani hubungan akhirnya bubar karena kabar burung adanya orang ketiga, atau ada cerita lain dimana seorang biduanita yang menangis-nangis meminta keadilan karena cintanya telah disia-siakan oleh seorang lelaki yang berpangkat tinggi dan kaya, mengiba-iba bahwa dia telah menjadi korban perasaan yang ternyata menipunya. penonton infotainment yang berakal pendek pasti akan dengan mudahnya percaya dengan kisah-kisah di atas yang sebenarnya dia rasakan agak berlebihan dan merupakan hal yang akan jarang terjadi pada manusia pada umumnya. namun kasak kusuk yang beredar mengungkapkan bahwa ternyata peristiwa-peristiwa yang menimpa para pesohor itu tidak semuanya nyata, adapula peristiwa yang ternyata adalah settingan belaka atau dibuat-buat dengan tujuan tidak lain dan tidak bukan adalah popularitas dan materi semata. Lantas kenapa publik sepertinya terlalu mudah dibodohi oleh pemberitaan terkait politikus dan pesohor seperti itu, kembali pada asumsi di awal bahwa kemungkinan publik terbius oleh unsur acting dan dramatis yang disodorkan oleh mereka dan oleh media. Seakan-akan mereka membawa dunia akting dan teater ke dalam kehidupan pribadinya, sehingga publik tergiring pada opini dan asumsi yang telah diperiapkan sebelumnya.
Sebenarnya apakah drama itu dan kenapa ia bisa digandrungi sebagai salah satu bentuk seni yang mempengaruhi orang banyak? sebagian ahli mendefinisikan drama sebagai karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam bertingkah laku yang dipentaskan dalam beberapa babak. Seni drama sering disebut seni teater. sedangkan unsur-unsur drama sendiri meliputi; tema yang merupakan ide pokok cerita, alur atau jalan cerita dari babak ke babak cerita, tokoh drama atau pelaku, latar atau setting yang menggambarkan tempat, waktu, dan situasi cerita, dan yang paling akhir tapi penting adalah amanat atau pesan yang ingin disampaikan pada penonton terkait drama yang dipertunjukkan. Untuk bisa berlaku atau berperan dengan baik seseorang pelaku teater atau drama tidak hanya membutuhkan latihan yang baik dan intensif, namun juga perlu adanya modal mental tertentu berupa kepercayaan diri yang tinggi serta kemampuan untuk meyakinkan orang lain.
Sebagian tokoh yang terkenal merusak dunia seperti adolf hitler pun terbiasa memakai unsur dramatis dan berlebihan di kala melakukan orasi dihadapan struktur organis partai nazi maupun unsur pendukung militerisnya. Dengan orasinya yang berapi-api ditambah unsur lingkungan yang mendukung, memang tidak bisa dipungkiri bahwa herr hitler adalah salah satu orator yang tidak bisa dianggap enteng, walaupun efeknya memberikan kehancuran bagi hampir seluruh wilayah di eropa. Terkadang juga unsur teatrikal tumbuh sendiri melalui desas-desus yang beredar dari cerita karena sedikitnya orang yang menyaksikan kejadian langsungnya. Seperti kejadian eksekusi penembakan mati ernesto che guevara dimana dia ditangkap oleh tentara bolivia di bulan oktober 1967, setelah melalui pertempuran yang melelahkan di hutan. Kisah perjuangannya yang romantis menjadi inspirasi bagi orang-orang yang mengikuti idenya di seluruh dunia.
Seorang yang pandai pernah berkata bahwa untuk menjadi manusia lengkap dia harus memahami sains, filsafat, teater, dan musik klasik. Lengkap dalam hal apa dan untuk apa? Ah aku pun tak paham kawan, yang jelas memang pemahaman tentang teater dan akting akan menjadikan seseorang sebagai orang yang licin dalam pergaulan, susah ditebak apa sebenarnya yang diinginkan, dan pandai bersandiwara.
Langganan:
Postingan (Atom)