Pengalaman mengaji yang sepertinya tidak akan saya lupakan adalah ketika untuk pertama kalinya mengikuti kajian ilmiah di suatu tempat yang bernama Ma’had Minhajussunnah, tempat di mana dipraktekkan sunnah2 Rasulullah SAW mulai dari yang sudah masyhur, seperti bersiwak sampai yang belum diketahui oleh kebanyakan orang seperti sholat dengan memakai sandal.

Waktu itu kami mendengarkan kajian dari seorang ustadz yang sangat jelas dalam penyampaian dan murah senyum, beliau menerangkan dengan jelas satu hadits dari sebuah kitab yang berjudul Riyadhus Sholihin, beliau terangkan matannya, perawi haditsnya, bagaimana statusnya, sampai akhirnya faidah2 yang dapat ditarik dari hadits tsb. Setelah pembahasan selesai. Dibukalah sesi soal jawab dengan memakai kertas dengan beliau. Ketika menjawab sebuah pertanyaan yang dipakai sebagai dasar dalam menjawab adalah ayat Al-Qur’an, kemudian hadits, dan dilanjutkan dengan perkataan para shohabat,tabi’in, dan tabiut tabi’in. Sama sekali tidak ada kata2 sprt “oh, menurut pendapat pribadi saya begini …” atau “haditsnya begini, tapi kalo menurut saya begitu…” ,karena memang tidak diperbolehkan mendahulukan akal di atas nash/dalil.
Ketika itulah untuk pertama kalinya saya mengetahui bahwa, hadits itu bermacam –macam derajatnya dari shohih sampai la ashla lahu,

Ketika pulang, saya merasa bahwa inilah da’wah Islam yang murni dan benar. pengalaman pertama yang begitu berkesan ini selanjutnya akan amat membekas di hati. Dan menarik kita untuk kembali mengaji dengan rela hati & tanpa paksaan. Maka dari itu mari kita ikuti majlis ta’lim yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, yang tidak akan sekalipun mencampurkah antara kebenaran dengan kebatilan, atau antara sunnah dengan bid’ah.